Moratorium ekspor timah yang didukung oleh Gubernur Babel, Eko Maulana Ali sejak 1 Oktober 2011 merupakan kebijakan sesat yang telah menyengsarakan rakyat. Sudah dua bulan sejak kebijakan itu diambil, sampai sekarang harga timah tidak juga membaik. Padahal dampak dari bebijakan spekulatif dan sesat ini sangat besar. Masyarakat dari kalangan penambang kecil misalnya, kian hari semakin sekarat. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi semakin lemah, transaksi dipasar-pasar semakin sepi, dan ribuan buruh di perusahaan pertambangan harus gigit jari lantaran perusahaan tempat mereka bekerja tak mampu membayar gaji karyawannya.
Sejak awal
moratorium ekspor timah memang sudah ditentang oleh banyak kalangan,
karena dianggap tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi kelompok mafia
pertambangan di Babel yang didukung oleh Eko Maulana Ali selaku
Gubernur, tetap bersikukuh. Bahkan untuk memuluskan kebijakan sesat
itu, kelompok ini tega membohongi masyarakat. Ada apa dibalik kebijakan
moratorium ekspor timah ini?. Kenapa Gubernur sangat mendukung-nya?.
Pertama, walau harga timah global hanya
turun sedikit,keadaan ini sengaja dimanfaatkan oleh kalangan smelter
untuk membeli timah dari masyarakat dengan harga serendah mungkin.
Moratorium mereka perlukan untuk menimbun stok sebanyak-banyaknya.
Dengan harapan setelah harga Timah global merangkak naik, mereka akan
mendapatkan keuntungan yang berlimpah.
Kedua, kebijakan
moratorium timah sebenarnya bukan untuk menaikkan harga Timah global,
tetapi hanya akal-akalan dari kalangan mafia pertambangan yang didukung
oleh Gubernur agar mereka bisa menguasai dan mengambil alih seluruh
ekspor timah Babel.
Ketiga, Kebijakan ini
sengaja di dukung oleh Eko Maulana Ali untuk mengangkat citra atau
pamornya. jika penimbunan stok timah murah dari rakyat telahbanyak maka
harga timahpun di kembalikan ke harga sebenarnya. Dengan harapan bahwa
rakyat babel menganggap ia sebagai pahlawan karena telah mampu
mengangkat harga timah yang sebenarnya memang tidak turun.
Keempat, Dukungan
gubernur terhadap moratirium ini tidak lain, karena dia sendiri
notabene adalah bagian dari mafia pertimahan Babel. Selain bermimpi
untuk meraih keuntungan dan dana besar, dia berharap akan menjadi
pahlawan kesiangan.
Ditengah
koruetan yang terjadi, khususnya pasca hampir 2 bulan berjalannya
moratorium timah ini, harga timah dunia tidak juga menunjukkan
peningkatan harga yang signifikan. Sampai akhirnya beberapa smalter dan
termasuk juga PT.Kobatin menuntut untuk tetap diperbolehkan melakukan
ekspor.
Lucunya,
belakangan Gubernur Babel, Eko Maulana Ali malah lempar handuk. Eko
menyatakan bahwa dirinya tidak terlibat dalam urusan kebijakan
moratorium timah babel.
http://azharimuhamad.blogspot.com/2011/12/moratorium-timah-kebijakan-sesat-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar