Sabtu, 10 Desember 2011

Moratorium Timah: Kebijakan Sesat dan Menyengsarakan Rakyat


Moratorium ekspor timah yang didukung oleh Gubernur Babel, Eko Maulana Ali sejak 1 Oktober 2011 merupakan kebijakan sesat yang telah menyengsarakan rakyat. Sudah dua  bulan sejak kebijakan itu diambil, sampai sekarang harga timah tidak juga membaik. Padahal dampak dari bebijakan spekulatif dan sesat ini sangat besar. Masyarakat dari kalangan penambang kecil misalnya, kian hari semakin sekarat. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi semakin lemah, transaksi dipasar-pasar semakin sepi, dan ribuan buruh di perusahaan pertambangan harus gigit jari lantaran perusahaan tempat mereka bekerja tak mampu membayar gaji karyawannya.

Sejak awal moratorium ekspor timah memang sudah ditentang oleh banyak kalangan, karena dianggap tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi kelompok mafia pertambangan di Babel yang didukung oleh Eko Maulana Ali selaku Gubernur, tetap bersikukuh. Bahkan untuk memuluskan kebijakan sesat itu, kelompok ini tega membohongi masyarakat. Ada apa dibalik kebijakan moratorium ekspor timah ini?. Kenapa Gubernur sangat mendukung-nya?.

 
Sedikitnya ada 4 alasan yang dapat menjelaskan persoalan ini;

Pertama, walau harga timah global  hanya turun sedikit,keadaan ini sengaja dimanfaatkan oleh kalangan smelter untuk membeli timah dari masyarakat dengan harga serendah mungkin. Moratorium mereka perlukan untuk menimbun stok sebanyak-banyaknya. Dengan harapan setelah harga Timah global merangkak naik, mereka akan mendapatkan keuntungan yang berlimpah.

Kedua, kebijakan moratorium timah sebenarnya bukan untuk menaikkan harga Timah global, tetapi hanya akal-akalan dari kalangan mafia pertambangan yang didukung oleh Gubernur agar mereka bisa menguasai dan mengambil alih seluruh ekspor timah Babel.

Ketiga, Kebijakan ini sengaja di dukung oleh Eko Maulana Ali untuk mengangkat citra atau pamornya. jika penimbunan stok timah murah dari rakyat telahbanyak maka harga timahpun di kembalikan ke harga sebenarnya. Dengan harapan bahwa rakyat babel menganggap ia sebagai pahlawan karena telah mampu mengangkat harga timah yang sebenarnya memang tidak  turun.

Keempat, Dukungan gubernur terhadap moratirium ini tidak lain, karena dia sendiri notabene adalah bagian dari mafia pertimahan Babel. Selain bermimpi untuk meraih keuntungan dan dana besar, dia berharap akan menjadi pahlawan kesiangan.

Ditengah koruetan yang terjadi, khususnya pasca hampir 2 bulan berjalannya moratorium timah ini, harga timah dunia tidak juga menunjukkan peningkatan harga yang signifikan. Sampai akhirnya beberapa smalter dan termasuk juga PT.Kobatin menuntut untuk tetap diperbolehkan melakukan ekspor.
Lucunya, belakangan Gubernur Babel, Eko Maulana Ali malah lempar handuk. Eko menyatakan bahwa  dirinya tidak terlibat dalam urusan kebijakan moratorium timah babel.
 http://azharimuhamad.blogspot.com/2011/12/moratorium-timah-kebijakan-sesat-dan.html

Tidak ada komentar: