Minggu, 09 Juni 2013


Kami kaum MINORITAS

Lahir bukan untuk DITINDAS
Hanya ingin hak yang PANTAS
tak berharap menjadi PRIORITAS
karena kami ingin BEBAS
jelajahi ruang tanpa BATAS
tak satupun dalam benak kami TERLINTAS
menjadi kaum yang BERINGAS



Pidato Soekarno "Kemana Indonesia Melangkah"
jangan pernah mau dibodohin oleh siapapun......... sekali lagi j
Jangan pernah mau dibodohin oleh siapapun ..........
hai....... pemuda pemudi indonesia. bangkit lah maju lah bersikap kritis lah demi indonesia jaya......
hai....... pemuda pemudi indonesia. bangkit lah maju lah demi indonesia m......mandiri jaya bermantabat adil dan makmur...........




Timah Babel untuk Siapa? 


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikaruniai Tuhan hasil alam yang luar biasa. Pasir timah yang membentuk pulau ini, tidak habis-habis meski digali ratusan tahun. Mitos menyebutkan timah itu beranak dan berantu da lam istilah masyarakat Bangka.Beranak menggambarkan timah dapat muncul di mana saja, pinggir sungai, laut, tepi kuburan bahkan dekat tempat ibadah sekalipun. berantu, kadang-kadang usai dibor atau cam menunjukkan timah yang melimpah saat ditambang hilang begitu saja.Begitulah, negeri yang kaya ini menjadi perhatian dunia. Apalagi bukan karena pasir timahnya terbesar kedua di dunia. Ada data yang menjelaskan keberadaan masyarakat penambang di Babel sangat mempengaruhi perekonomian.Ekonomi masyarakat yang disumbang dari pertambangan sebesar 33,2%, perkebunan dan pertanian serta peternakan 21,6% dan pegawai PNS dan swasta serta wiraswasta nontambang / perkebunan ada 37,7%. Ditambah lain-lain tidak jelas sumber ekonominya ada 8,5%.Sampel diambil dari 1000 orang yang tersebar di setiap kabupaten / kota Propinsi Babel dengan margin error 2%. Maka rakyat dapat menilai bahwa kemakmuran yang diharapkan semakin menjauh dan bahkan mengancam anak cucu nantinya. Sektor pertambangan yang didengung-dengungkan untuk kesejahteraan rakyat Babel, lebih terlihat hanya untuk kepentingan kaum elitis dan pengusaha saja. Mengapa demikian?Tentunya secara realitis tidak asing lagi didengar kelompok tertentu membela masyarakat tambang. Muncul kegeraman ketika rakyat hanya dijadikan tameng mengatasnamakan PERTAMBANGAN RAKYAT. Lalu rakyat yang mana? Karena rakyat Babel pasti sepakat bahwa tambang timah belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan berkeadilan. Ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin sangat terlihat jelas di negeri Gemah ripah loh jinawi ini. Bagaimana bisa terjadi, ada satu keluarga dengan enam orang anak hidup berhimpit-himpitan di gubuk sempit di Koba, Bangka Tengah. Ada pula siswa peraih nilai UN terbaik mengkandaskan impiannya kuliah lantaran terbelit kesuliatan ekonomi. Bagaimana pula ada balita yang meninggal terserang leukimia karena penangangannya terlambat, lagi-lagi kemiskinan penyebabnya. Kita menggugat, bukankah Babel penghasil timah terbesar kedua di dunia. Ribuan ton timah keluar dari pulau ini setiap tahunnya. Hasil tambang untuk rakyat dapat terwujud jika ada SINERGI PIHAK SWASTA, PEMERINTAH dan RAKYAT.Termasuk transparansi pemberian izin penambangan sehingga rakyat tidak akan menjadi obyek penderita dan alat legitimasi dalam permainan politik. Maka dari itu, tidak ada istilah stop pertambangan karena SDA alam ini diciptakan untuk kesejahteraan rakyat. Tapi sekali lagi rakyat yang mana? Orang yang bekerja di bawah terik matahari melawan kekuasaan alam sampai mereka sudah seperti manusia lumpur. Saya tidak mendukung siapapun. Namun realita yang terjadi, apakah ada dalam kamus pertambangan namanya KOLEKTOR? Sesuai semangat Permen ESDM Nomor 28 tahun 2009, para penambang (rakyat) langsung berhubungan dengan para perusahan tambang baik swasta maupun BUMN. Inilah yang mengakibatkan produksi timah menurun. Tanpa disadari oleh para aksi DEMO yang membawa nama rakyat. Ingat keputusan Majelis Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan sejumlah Pasal UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan dengan nomor permohonan FAHRIZAN NO.25/PUU-VIII/2010 MK membatalkan pasal 22 huruf e & f sepanjang frasa pasal 52 ayat (1) MK menilai aturan pembatasan itu merugikan masyarakat penambang kecil.Maaf, hanya itu yang bisa saya persembahkan untuk penambang kecil. Tapi apakah saya dan kawan kawan memanfaatkan putusan tersebut, tentunya masyarakat sendiri yang menilai. Seharusnya tidak terjadi aksi demo IKT TIMAH dan Gerakan Masyarakat Bangka Belitung. Kecemasan masyarakat itu dapat dijawab jika para pemangku kepentingan duduk semeja tidak mewakili dari unsur kepentingan kelompok.Pemerintah daerah yang seharusnya sebagai wasit malah tidak jelas posisinya.Pemerintah baik provinsi, kabupaten / kota untuk belajar dari pemerintah daerah SUMBAWA NTB.PEMDA di BABEL mengantongi uang rakyat lalu disimpan di Bank Sumsel Babel. Ada baiknya uang tersebut dibelikan SAHAM PUBLIK PT TIMAH TBK. Kalau mau menurunkan Dirut PT Timah Tbk cukup dengan RUPS Luar Biasa, Berbicara kepentingan dunia pertambangan DI BABEL saat ini sengaja dibuat abu abu tidak sampai aparat penegak hukum bisa bermain pertambangan seperti saat ini terjadi,. Jika mau melakukan sebuah perubahan mari kita bersatu IKT dan GBB untuk sebuah kepentingan rakyat babel harusnya mereka menyadari kalau mereka telah dibodohi oleh kepentingan pemerintah pusat yang dimainkan melalui oknum di setiap perwakilan kementerian untuk kepentingan pesta demokrasi pemilu 2014. Untuk itu, mari kita bersatu massa IKT dan GBB serta masyarakat Babel lainnya yang bergabung dengan nama PERSAUDARAAN BANGKA BELITUNG untuk menuntut SAHAM PUSAT di BUMN PT TIMAH TBK melalui Departemen keuangan untuk kepentingan rakyat babel bukan kepentingan mereka. -