Kamis, 07 April 2011

Tapak PLTN, Kenapa Babel?

Tapak PLTN, Kenapa Babel? Penulis: Oleh: Fahrizan ALAMMAK Babel edisi: 07/Apr/2011 wib Anggaran APBN yang diusulkan untuk melakukan sosialisasi PLTN senilai Rp 1,59 miliar itu dapat dialihkan untuk penelitian energi alternatif. Karena energi alternatif di Bangka Belitung dapat saja dikembangkan apabila ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik. PADA tahun 1989, Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Energi Nasional (BAKOREN) memutuskan untuk melakukan studi kelayakan yang komprehensif termasuk investigasi secara mendalam tentang calon tapak PLTN di Semenanjung Muria Jawa Tengah. Studi itu sendiri dilaksanakan di bawah koordinasi BATAN, dengan arahan dari Panitia Teknis Energi (PTE), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan dilakukan bersama-sama oleh beberapa instansi lain di Indonesia. Dalam hal ini, sudah jelas sekali program dari BATAN pengembangan energi nuklir di Indonesia khususnya di Semenanjung Muria. Kenapa tiba-tiba beralih ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung?, kepentingan siapakah ini?. Sejarah Pemilihan Tapak PLTN Pemilihan tapak PLTN di Indonesia telah melalui beberapa tahapan, diantaranya: * Seleksi pertama (1975), Workshop Karangkates (termasuk site reconnaisance) berhasil mendapatkan usulan di 14 daerah tidak termasuk Bangka Belitung. * Seleksi 2 (1979), Workshop Karangkates (termasuk site survey), menghasilkan lima daerah pilihan. * Seleksi 3 (1980-1983), Survey BATAN-NIRA Site, menghasilkan dua daerah terpilih dengan tapaknya masing-masing. Ranking pertama adalah daerah Semenanjung Muria dengan tapak terpilih Ujungwatu. Ranking kedua daerah Lasem dengan tapak Sluke. * Seleksi 4 (1991-1996), Studi Tapak dan Lingkungan BATAN-NEWJEC di Muria, mengidentifikasi enam tapak potensial di semenanjung Muria dan menghasilkan tiga tapak terpilih dengan tapak Ujung Lemahabang sebagai ranking pertama. Ujung Grenggengan ranking kedua dan Ujung Watu ranking ketiga. Dari beberapa seleksi yang telah dilakukan seperti diatas, Kepulauan Bangka Belitung sama sekali tidak menjadi daerah pilihan. Kini kenapa tiba-tiba provinsi ini menjadi salah satu tapak? Hal ini karena MOU tapak PLTN sudah di tanda tangani oleh Bupati Bangka Selatan dan Bupati Bangka Barat pada tanggal 25 oktober 2010 lalu, setelah penanda tanganan MOU tersebut mereka di ajak ke Jepang. Masih Banyak Pilihan Yang kami butuhkan sekarang energi listrik bukannya radiasi dari PLTN, kalau memang para pemimpin di Babel ini lebih mementingkan masyarakatnya kenapa tidak menganggarkan temuan para mahasiswa Polman yang sudah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan HAM RI. Mereka telah meneliti energi gelombang air laut untuk dijadikan tenaga listrik, metode ini tidak akan terpengaruh dengan kondisi besar dan kecilnya gelombang karena bagaimana pun perangkat mesin tetap masih bisa beroperasi. Kondisi geografis daerah ini sangat memungkinkan untuk menerapkan teknologi tersebut. Anggaran APBN yang diusulkan untuk melakukan sosialisasi PLTN senilai Rp 1,59 miliar itu dapat dialihkan untuk penelitian energi alternatif. Karena energi alternatif di Bangka Belitung dapat saja dikembangkan apabila ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik. Pemerintah daerah tentunya harus menyambut baik hal tersebut karena jelas rencana pembangunan PLTN dapat terjawab dengan penelitian ini. Energi listrik yang diperlukan Bangka Belitung saat ini berkisar 60 Mega Watt lebih, sehingga dengan adanya pembangunan PLTU yang direncanakan rampung pada 2011 ini dan dibantu dengan energi alternatif dapat mengeluarkan Bangka Belitung dari kiris listrik. Apabila pemerintah daerah berasumsi hendak mencukupi krisis energi di wilayah Jawa, Bali dan Sumatera itu merupakan kesalahan besar. Karena Bangka Belitung saat ini masih memiliki PR-PR lama yang belum dituntaskan seperti permasalahan tambang skala besar dan rusaknya lingkungan atas aksi-aksi penambangan. Jika pembangunan PLTN jadi dilakukan itu, itu merupakan permasalahan baru untuk pemerintah yang dikhawatirkan tidak dapat diselesaikan. ***

Tidak ada komentar: