Kamis, 05 Januari 2012

siapakah BUNTUK itu ?

 nama saya Fahrizan yang biasa di panggil BUNTUK = Berani Ungkapkan Kebenaran, Saya lahir di sebuah kota kecil di propinsi kepulauan Bangka Belitung (Babel). Sebelum menjadi propinsi, Bangka Belitung adalah sebuah kabupaten yang merupakan bagian dari propinsi Sumatera Selatan dengan Palembang sebagai ibukotanya. Tak heran logat bahasanya pun kurang lebih sama seperti, ape, Nek kemane, ki ya, dak ngapa lah dsb. Anda pasti mengenal Bangka Belitung dari beberapa produk seperti lada, timah, martabak, kerupuk, bakmi, laskar pelangi. Keenam hal itulah yang akan membuat Anda mengenal tempat asal kelahiran saya ini tepatnya kotamadya pangkalpinang, 

Bangka Belitung sebelum menjadi propinsi bahkan sesudah menjadi propinsi, menurut saya sama saja. Hanya keramaian yang bertambah di mana-mana muncul hotel-hotel baru dan juga kejahatan yang terus meningkat. Padahal sebagian besar rakyatnya masih hidup menderita, miskin, pekerja kasar sebagai buruh timah, pendidikan yang kurang, dsb. Bukan hanya suku Melayu saja, melainkan juga suku Cina hidup miskin di sana. Kalau tidak percaya cobalah datang ke sebuah desa bernama Pesaren. Di sana hampir semua penduduk yang mayoritas Cina hidup sebagai nelayan. Bahkan Babel ini masuk nominasi 10 propinsi termiskin di Indonesia. Bukan kata saya loh tetapi kata pemerintah hasil survei lembaga terpercaya (BPS 2010). Kalau tidak salah urutan ke-8. Saya rasa mungkin sama seperti beberapa dari antara kita yang membaca blog ini. Apakah di kota Anda masih ada orang-orang miskin, kurang pendidikan, dan terbelakang? Atau jangan-jangan kota Anda menduduki ranking 5 besar di atas? Inilah tanggung jawab kita untuk membuat perubahan itu.

Anehnya lagi saat ini Bangka Belitung mau mencalonkan diri jadi wilayah pembangkit listrik tenaga nuklir. Ini ide konyol dan gila! Sang gubernur bahkan rela hilir mudik ke luar negeri untuk mempromosikan propinsi ini agar layak. Bukan karena saya alergi akan pembangkit listrik nuklir, skeptis, atau trauma dengan hal-hal berbau nuklir? Bukan! Seperti saya katakan, saya hanya semata-mata menggunakan akal sehat dan nalar logika manusia saja. Indonesia masih memiliki puluhan ribu pulau tak berpenghuni. Mengapa tidak menggunakan pulau-pulau tersebut? Saya rasa tsunami Jepang 2011 yang beberapa hari lalu terjadi seharusnya membuka mata kita. Di sana ada sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir yang meledak. Bahkan penduduk radius 20 km harus diungsikan dan jika pusat reaktor nuklirnya meledak maka radius 200 km harus disterilkan. Apa ini tidak bahaya? Gunakan akal sehat saja. Lalu apakah propinsi baru ini bisa mengatasinya dan memiliki orang-orang hebat? Ini namanya menantang maut dan merasa jagoan. Kenapa tidak propinsi lain saja? Tetapi saran saya gunakan pulau yang masih kosong karena semua propinsi tahu bahaya seperti ini dan ada banyak yang menolaknya.

Bukan saya tidak mendukung tetapi belum saatnya Indonesia sok-sok jagoan mengurus hal-hal seperti itu. Jangan karena lampu mati, PLN bangkrut otomatis semuanya dilegalkan? Mana akal sehatnya? Memang harus kita akui bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir relatif aman dan yang paling utama adalah murah tetapi dayanya besar. Tetapi kita bicara Indonesia Bung! Kita urus Pertamina, Krakatau Steel, Lapindo dan PLN saja bangkrut dan kacau balau, apalagi ngurus sesuatu yang menyimpan bahaya besar seperti ini? Coba gunakan akal sehat. Dan kalaupun mau, ya pilihlah puluhan ribu pulau di Indonesia yang belum berpenghuni. Kalau pun pulau itu tenggelam bukankah tidak ada korban jiwa? Bukankah sudah banyak pulau Indonesia tenggelam karena ditambang pasirnya, direbut Malingsial, tetapi kita santai-santai saja? Ayolah be smart gitu loh. Jangan ikuti nafsu atau bisik-bisik pemilik proyek ini dan itu. Sebagai pemimpin, Anda dipilih untuk mensejahterakan rakyat! Jika pembangkit listrik tenaga nuklir tetap berdiri, kita hanya berdoa semoga kejadian Chernobyl (Rusia), dan baru-baru ini Jepang, tidak terjadi. Jika terjadi bahkan orang dari Kalimantan seperti Ketapang, Sumsel, Lampung, Jambi, harus siap-siap mengungsi karena jaraknya yang sangat dekat. Yang paling penting kumpulkan uang dan jika terjadi apa-apa tinggal say goodbye saja. Pindah ke luar negeri seperti banyak pejabat dan konglomerat yang ada. Kalau nanti dibilang tidak peduli tinggal kita jawab saja, "Lagian ente (Betawi baca: kamu) bikin nuklir gitu, apa emang ente peduli?" Paling kasian ya yang kena Lapindo sebenarnya.

Untuk mengetahui betapa menderitanya rakyat pulau penghasil timah nomor satu dunia, cobalah nonton film serial Laskar Pelangi. Seperti itulah rakyat Bangka Belitung bahkan sampai saat ini. Sayangnya Bangka Belitung tidak ada tokoh-tokoh seperti Gerakan Aceh Merdeka. Sebab jika ada mungkin saya yang akan ikut berjuang membebaskan rakyat Bangka Belitung dari penderitaan seperti itu. Bagaimana mungkin pulau yang pernah mendapat ranking sebagai penghasilan timah, lada, pasir kuarsa, bahkan kaolin nomor satu dunia bisa begitu menderita rakyatnya? Bukankah timah adalah emas putih dunia? Ini sama seperti Aceh penghasil minyak tapi miskin, Papua penghasil tembaga dan emas tetapi menderita, Kalimantan sebagai penghasil kayu tetapi rakyatnya terbelakang, dsb. Sampai-sampai ada yang rela jadi warga negara Malaysia. Ini kisah nyata dan bukan kisah mengada-ada! Ini tidak fair dan tidak adil! Anda pun harus berjuang untuk wilayah atau asal daerah Anda! Kekayaan alam Indonesia ini milik semua rakyat Indonesia dan harus dipergunakan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sesuai amanat UUD 1945 dan bunyi sila kelima Pancasila! Bukan miliki segelintir orang karena dekat dengan tampuk kekuasaan, punya jabatan, lingkaran presiden, jenderal-jenderal, dsb.


Sekali lagi ingin saya tekankan: tujuannya saya hanya satu yakni ingin memberikan pembelajaran politik yang baik dalam menuju pesta demokrasi pemilukada 2012 berdasarkan pengalaman saya selama ini bagaimana saya melakukan perlawanan terhadap kebijakan kebijakan pemda babel karena saya tidak mau di bodohin oleh siapun maka saya mengetahui maksud tujuan akhirnya akan menzholimi rakyat babel, membagikan sebuah hasil kerja keras logika berpikir manusia yang sehat. Ketika suatu hari saya meninggalpun, saya ingin Anda dan orang-orang setelah kita tahu bahwa pernah ada orang-orang hebat dan pintar di zaman dulu. Mengutip sebuah kata bijak dari seorang ulama besar, "Ada banyak orang hidup tetapi mendengar namanya saja kita menjadi mati. Namun ada orang-orang yang sudah mati, tetapi ketika mendengar namanya kita menjadi hidup." Anda mengerti maksudnya? Jadilah orang-orang yang bahkan ketika Anda meninggalpun, saat orang mendengar nama Anda, mereka merasa termotivasi, terhibur dan diteguhkan untuk mendapatkan semangat baru, hari dan masa depan lebih baik. Jangan seperti banyak pejabat dan politikus sekarang ketika dengar namanya saja kita sudah muak. 4L = Lu Lagi Lu Lagi. Bagaimana menurut Anda?

dalam menulis materi blog ini saya berprinsip pada sebuah pepatah yang berkata, "Lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada memaki kegelapan."

Apa maksud pepatah ini?

Mari kita andaikan saat ini kita semua berada di dalam gua atau ruangan yang gelap gulita. Sudah pasti semua orang dari antara kita tidak bisa melihat dan tidak akan pernah menemukan jalan keluar. Bukankah begitu? Bagaimana bisa mau menemukan jalan? Lagian memang gelap sama sekali. Apa yang biasa orang lakukan pada situasi seperti ini? Pasti ada yang mencoba bersabar mengharapkan pertolongan datang. Ada juga yang terpaksa merenungi nasib dan berkata, "Ya memang sudah takdirku begini."

Atau beberapa lagi akan memaki-maki tidak jelas kepada semua orang. Ada yang mungkin menangis histeris karena takut, ada yang saling cakar-cakaran, baku hantam, menyalahkan orang lain, dsb. Karena memang saling tidak melihat dan bisa saling mukul karena didorong, terdorong atau apalah. Runyam, sumpek dan hopeless bukan? Itulah yang kadang banyak terjadi dalam kehidupan kita di muka bumi ini dalam berbagai hal. Dan saya rasa itulah situasi yang kita hadapi sebagai bangsa dan rakyat Indonesia ini. Semuanya kacau di negeri ini! Penegakan hukum melempem, korupsi merajalela, pelayanan publik amburadul, perebutan kekuasaan, omong kosong pejabat, berita fitnah, terorisme menghantui jiwa kita, bencana alam silih berganti memporak-porandakan negeri ini, mafia kasus menggurita, harga makanan semakin mahal, biaya pendidikan semakin tidak terjangkau, semuanya bikin stress dan sumpek. Sumbu emosi menjadi semakin pendek. Sampai ada yang berdoa agar ada meteor besar jatuh ke rumah pejabat korup, pelaku terorisme, dsb. Namun sayang, jatuhnya malah di atas rumah rakyat jelata.

Saat ini, kebiasaan mengumpat, memaki, menyalahkan, memojokkan, menggosip, menyebarkan berita bohong, dsb. sudah terbiasa. Apalagi jika situasi negara, kondisi perekonomian, politik, bencana alam semuanya berantakan dan silih berganti tiada henti. Lebih mudah memang mengeluarkan kata-kata makian, dsb. Saya rasa Anda dan saya pun bisa. Tinggal saja angkat suara, bikin akun facebook palsu, nyebarin hoak, dsb. untuk menjelek-jelekkan orang, termasuk pemerintah. Gampang sekali melakukan hal itu! Siapa pun bisa! Jadi tidak perlu bangga jadi orang yang sukanya menjelek-jelekkan sesuatu atau pemerintah. Memilih untuk mengeluh itu jauh lebih gampang daripada memilih untuk melakukan perubahan.

Pertanyaannya adalah: apakah kita bisa memberikan solusi, jalan keluar atau membantu menyelesaikan hal-hal amburadul tersebut? Banyak yang tidak bisa bukan? Jadi jika kita menjadi pemimpin atau presiden sekalipun, kita juga tidak sama baiknya. Itulah yang terjadi dengan negara yang kacau seperti ini. Sudah tahu sama tahu bahwa korupsi bukannya berkurang tetapi semakin marak dan semakin sulit dilacak karena polanya semakin rumit dan licin. Aparat polisi saja tidak bisa diandalkan saat ini, apalagi yang lain? Karena itulah saya merasa terpanggil, "Kalau saya ikut memaki-maki, menyalahkan ini dan itu, ini tidak boleh, itu tidak benar, ini dosa, itu jahat, dsb...

aya di sini hanya mencoba membagi sebuah ilmu yang menurut saya logis dan masuk akal sebagai seorang manusia. Itu saja! Urusan Anda mau membacanya, mencernanya, mempraktekkannya, itu urusan pada Anda. Tidak ada paksaan sama sekali. Saya sudah cukup muak melihat banyak orang hanya bisa bicara saja. Lalu ketika tetangga, saudara kita hidup menderita, nafas ngos-ngosan untuk menentukan antara hidup dan mati karena sakit, apa yang bisa kita lakukan? Lalu apakah Anda yakin Anda masuk Surga karena membiarkan sesama kita mati karena sakit karena miskin? Anda jawab sendiri!

Saya bukan pendeta, ustadz, biksu, bikuni, pastor, alim ulama! Saya hanya manusia yang mencoba membagikan sebuah akal sehat untuk menyiasati kegelapan hidup ini. Saya hanya ingin menyalakan sebatang lilin. Itu saja! Itulah prinsip saya soal "lebih baik menyalahkan sebatang lilin daripada memaki kegelapan." Saya rasa, jika kita mau kita bisa memberikan sedikit pembaharuan positif dalam masyarakat sekitar. Anda pasti bisa menyalakan sebatang lilin juga untuk sesama kita. Tetaplah bersama saya di tulisan yang akan datang. Wassalam

Tidak ada komentar: