nama saya Fahrizan yang biasa di panggil BUNTUK = Berani Ungkapkan Kebenaran, Saya lahir di sebuah kota kecil di propinsi kepulauan Bangka
Belitung (Babel). Sebelum menjadi propinsi, Bangka Belitung adalah
sebuah kabupaten yang merupakan bagian dari propinsi Sumatera Selatan
dengan Palembang sebagai ibukotanya. Tak heran logat bahasanya pun
kurang lebih sama seperti, ape, Nek kemane, ki ya, dak ngapa lah dsb. Anda pasti mengenal Bangka
Belitung dari beberapa produk seperti lada, timah, martabak, kerupuk,
bakmi, laskar pelangi. Keenam hal itulah yang akan membuat Anda
mengenal tempat asal kelahiran saya ini tepatnya kotamadya pangkalpinang,
Bangka Belitung sebelum menjadi propinsi bahkan sesudah
menjadi propinsi, menurut saya sama saja. Hanya keramaian yang
bertambah di mana-mana muncul hotel-hotel baru dan juga kejahatan yang
terus meningkat. Padahal sebagian besar rakyatnya masih hidup
menderita, miskin, pekerja kasar sebagai buruh timah, pendidikan yang
kurang, dsb. Bukan hanya suku Melayu saja, melainkan juga suku Cina
hidup miskin di sana. Kalau tidak percaya cobalah datang ke sebuah desa
bernama Pesaren. Di sana hampir semua penduduk yang mayoritas Cina
hidup sebagai nelayan. Bahkan Babel ini masuk nominasi 10 propinsi
termiskin di Indonesia. Bukan kata saya loh tetapi kata pemerintah
hasil survei lembaga terpercaya (BPS 2010). Kalau tidak salah urutan
ke-8. Saya rasa mungkin sama seperti beberapa dari antara kita yang
membaca blog ini. Apakah di kota Anda masih ada orang-orang miskin,
kurang pendidikan, dan terbelakang? Atau jangan-jangan kota Anda
menduduki ranking 5 besar di atas? Inilah tanggung jawab kita untuk
membuat perubahan itu.
Anehnya lagi saat ini Bangka Belitung mau mencalonkan
diri jadi wilayah pembangkit listrik tenaga nuklir. Ini ide konyol dan
gila! Sang gubernur bahkan rela hilir mudik ke luar negeri untuk
mempromosikan propinsi ini agar layak. Bukan karena saya alergi akan
pembangkit listrik nuklir, skeptis, atau trauma dengan hal-hal berbau
nuklir? Bukan! Seperti saya katakan, saya hanya semata-mata menggunakan
akal sehat dan nalar logika manusia saja. Indonesia masih memiliki
puluhan ribu pulau tak berpenghuni. Mengapa tidak menggunakan
pulau-pulau tersebut? Saya rasa tsunami Jepang 2011 yang beberapa hari
lalu terjadi seharusnya membuka mata kita. Di sana ada sejumlah
pembangkit listrik tenaga nuklir yang meledak. Bahkan penduduk radius
20 km harus diungsikan dan jika pusat reaktor nuklirnya meledak maka
radius 200 km harus disterilkan. Apa ini tidak bahaya? Gunakan akal
sehat saja. Lalu apakah propinsi baru ini bisa mengatasinya dan
memiliki orang-orang hebat? Ini namanya menantang maut dan merasa
jagoan. Kenapa tidak propinsi lain saja? Tetapi saran saya gunakan
pulau yang masih kosong karena semua propinsi tahu bahaya seperti ini
dan ada banyak yang menolaknya.
Bukan saya tidak mendukung tetapi belum saatnya
Indonesia sok-sok jagoan mengurus hal-hal seperti itu. Jangan karena
lampu mati, PLN bangkrut otomatis semuanya dilegalkan? Mana akal
sehatnya? Memang harus kita akui bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir
relatif aman dan yang paling utama adalah murah tetapi dayanya besar.
Tetapi kita bicara Indonesia Bung! Kita urus Pertamina, Krakatau Steel,
Lapindo dan PLN saja bangkrut dan kacau balau, apalagi ngurus sesuatu
yang menyimpan bahaya besar seperti ini? Coba gunakan akal sehat. Dan
kalaupun mau, ya pilihlah puluhan ribu pulau di Indonesia yang belum
berpenghuni. Kalau pun pulau itu tenggelam bukankah tidak ada korban
jiwa? Bukankah sudah banyak pulau Indonesia tenggelam karena ditambang
pasirnya, direbut Malingsial, tetapi kita santai-santai saja? Ayolah be
smart gitu loh. Jangan ikuti nafsu atau bisik-bisik pemilik proyek ini
dan itu. Sebagai pemimpin, Anda dipilih untuk mensejahterakan rakyat!
Jika pembangkit listrik tenaga nuklir tetap berdiri, kita hanya berdoa
semoga kejadian Chernobyl (Rusia), dan baru-baru ini Jepang, tidak
terjadi. Jika terjadi bahkan orang dari Kalimantan seperti Ketapang,
Sumsel, Lampung, Jambi, harus siap-siap mengungsi karena jaraknya yang
sangat dekat. Yang paling penting kumpulkan uang dan jika terjadi
apa-apa tinggal say goodbye saja. Pindah ke luar negeri seperti banyak
pejabat dan konglomerat yang ada. Kalau nanti dibilang tidak peduli
tinggal kita jawab saja, "Lagian ente (Betawi baca: kamu) bikin nuklir
gitu, apa emang ente peduli?" Paling kasian ya yang kena Lapindo
sebenarnya.
Untuk mengetahui betapa menderitanya rakyat pulau penghasil timah
nomor satu dunia, cobalah nonton film serial Laskar Pelangi. Seperti
itulah rakyat Bangka Belitung bahkan sampai saat ini. Sayangnya Bangka
Belitung tidak ada tokoh-tokoh seperti Gerakan Aceh Merdeka. Sebab jika
ada mungkin saya yang akan ikut berjuang membebaskan rakyat Bangka
Belitung dari penderitaan seperti itu. Bagaimana mungkin pulau yang
pernah mendapat ranking sebagai penghasilan timah, lada, pasir kuarsa,
bahkan kaolin nomor satu dunia bisa begitu menderita rakyatnya?
Bukankah timah adalah emas putih dunia? Ini sama seperti Aceh penghasil
minyak tapi miskin, Papua penghasil tembaga dan emas tetapi menderita,
Kalimantan sebagai penghasil kayu tetapi rakyatnya terbelakang, dsb.
Sampai-sampai ada yang rela jadi warga negara Malaysia. Ini kisah nyata
dan bukan kisah mengada-ada! Ini tidak fair dan tidak adil! Anda pun
harus berjuang untuk wilayah atau asal daerah Anda! Kekayaan alam
Indonesia ini milik semua rakyat Indonesia dan harus dipergunakan untuk
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sesuai amanat UUD 1945 dan bunyi
sila kelima Pancasila! Bukan miliki segelintir orang karena dekat
dengan tampuk kekuasaan, punya jabatan, lingkaran presiden,
jenderal-jenderal, dsb.
Sekali
lagi ingin saya tekankan: tujuannya saya hanya satu yakni ingin
memberikan pembelajaran politik yang baik dalam menuju pesta demokrasi pemilukada 2012 berdasarkan pengalaman saya selama ini bagaimana saya melakukan perlawanan terhadap kebijakan kebijakan pemda babel karena saya tidak mau di bodohin oleh siapun maka saya mengetahui maksud tujuan akhirnya akan menzholimi rakyat babel, membagikan sebuah hasil kerja keras logika berpikir manusia yang sehat.
Ketika suatu hari saya meninggalpun, saya ingin Anda dan orang-orang
setelah kita tahu bahwa pernah ada orang-orang hebat dan pintar di
zaman dulu. Mengutip sebuah kata bijak dari seorang ulama besar, "Ada
banyak orang hidup tetapi mendengar namanya saja kita menjadi mati.
Namun ada orang-orang yang sudah mati, tetapi ketika mendengar namanya
kita menjadi hidup." Anda mengerti maksudnya? Jadilah orang-orang yang
bahkan ketika Anda meninggalpun, saat orang mendengar nama Anda, mereka
merasa termotivasi, terhibur dan diteguhkan untuk mendapatkan semangat
baru, hari dan masa depan lebih baik. Jangan seperti banyak pejabat dan
politikus sekarang ketika dengar namanya saja kita sudah muak. 4L = Lu Lagi Lu Lagi. Bagaimana menurut Anda?
dalam menulis materi blog ini saya berprinsip pada sebuah pepatah yang berkata, "Lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada memaki kegelapan."
Apa maksud pepatah ini?
Mari
kita andaikan saat ini kita semua berada di dalam gua atau ruangan yang
gelap gulita. Sudah pasti semua orang dari antara kita tidak bisa
melihat dan tidak akan pernah menemukan jalan keluar. Bukankah begitu?
Bagaimana bisa mau menemukan jalan? Lagian memang gelap sama sekali.
Apa yang biasa orang lakukan pada situasi seperti ini? Pasti ada yang
mencoba bersabar mengharapkan pertolongan datang. Ada juga yang
terpaksa merenungi nasib dan berkata, "Ya memang sudah takdirku begini."
Atau
beberapa lagi akan memaki-maki tidak jelas kepada semua orang. Ada yang
mungkin menangis histeris karena takut, ada yang saling cakar-cakaran,
baku hantam, menyalahkan orang lain, dsb. Karena memang saling tidak
melihat dan bisa saling mukul karena didorong, terdorong atau apalah.
Runyam, sumpek dan hopeless
bukan? Itulah yang kadang banyak terjadi dalam kehidupan kita di muka
bumi ini dalam berbagai hal. Dan saya rasa itulah situasi yang kita
hadapi sebagai bangsa dan rakyat Indonesia ini. Semuanya kacau di
negeri ini! Penegakan hukum melempem, korupsi merajalela, pelayanan
publik amburadul, perebutan kekuasaan, omong kosong pejabat, berita
fitnah, terorisme menghantui jiwa kita, bencana alam silih berganti
memporak-porandakan negeri ini, mafia kasus menggurita, harga makanan
semakin mahal, biaya pendidikan semakin tidak terjangkau, semuanya
bikin stress dan sumpek. Sumbu emosi menjadi semakin pendek. Sampai ada
yang berdoa agar ada meteor besar jatuh ke rumah pejabat korup, pelaku
terorisme, dsb. Namun sayang, jatuhnya malah di atas rumah rakyat
jelata.
Saat ini, kebiasaan mengumpat, memaki, menyalahkan,
memojokkan, menggosip, menyebarkan berita bohong, dsb. sudah terbiasa.
Apalagi jika situasi negara, kondisi perekonomian, politik, bencana
alam semuanya berantakan dan silih berganti tiada henti. Lebih mudah
memang mengeluarkan kata-kata makian, dsb. Saya rasa Anda dan saya pun
bisa. Tinggal saja angkat suara, bikin akun facebook palsu, nyebarin
hoak, dsb. untuk menjelek-jelekkan orang, termasuk pemerintah. Gampang
sekali melakukan hal itu! Siapa pun bisa! Jadi tidak perlu bangga jadi
orang yang sukanya menjelek-jelekkan sesuatu atau pemerintah. Memilih
untuk mengeluh itu jauh lebih gampang daripada memilih untuk melakukan
perubahan.
Pertanyaannya adalah: apakah kita bisa memberikan
solusi, jalan keluar atau membantu menyelesaikan hal-hal amburadul
tersebut? Banyak yang tidak bisa bukan? Jadi jika kita menjadi pemimpin
atau presiden sekalipun, kita juga tidak sama baiknya. Itulah yang
terjadi dengan negara yang kacau seperti ini. Sudah tahu sama tahu
bahwa korupsi bukannya berkurang tetapi semakin marak dan semakin sulit
dilacak karena polanya semakin rumit dan licin. Aparat polisi saja
tidak bisa diandalkan saat ini, apalagi yang lain? Karena itulah saya
merasa terpanggil, "Kalau saya ikut memaki-maki, menyalahkan ini dan
itu, ini tidak boleh, itu tidak benar, ini dosa, itu jahat, dsb...
aya di sini hanya mencoba membagi sebuah ilmu yang menurut saya logis
dan masuk akal sebagai seorang manusia. Itu saja! Urusan Anda mau
membacanya, mencernanya, mempraktekkannya, itu urusan pada Anda. Tidak
ada paksaan sama sekali. Saya sudah cukup muak melihat banyak orang
hanya bisa bicara saja. Lalu ketika tetangga, saudara kita hidup
menderita, nafas ngos-ngosan untuk menentukan antara hidup dan mati
karena sakit, apa yang bisa kita lakukan? Lalu apakah Anda yakin Anda
masuk Surga karena membiarkan sesama kita mati karena sakit karena
miskin? Anda jawab sendiri!
Saya bukan pendeta, ustadz, biksu,
bikuni, pastor, alim ulama! Saya hanya manusia yang mencoba
membagikan sebuah akal sehat untuk menyiasati kegelapan hidup ini. Saya
hanya ingin menyalakan sebatang lilin. Itu saja! Itulah prinsip saya
soal "lebih baik menyalahkan sebatang lilin daripada memaki kegelapan."
Saya rasa, jika kita mau kita bisa memberikan sedikit pembaharuan
positif dalam masyarakat sekitar. Anda pasti bisa menyalakan sebatang
lilin juga untuk sesama kita. Tetaplah bersama saya di tulisan yang
akan datang. Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar